Matahari kini mulai memerah
mewarnai birunya langit pagi, seolah-olah ia tahu kegundahan hatiku. Masih saja
aku hanya mampu membuka mataku, menutupnya, membukanya perlahan hingga ku
paksakan diriku untuk berdiri. Dan akhirnya aku menguatkan diriku untuk keluar
kamar.
“Bu, besok Nania harus ke rumah sakit ya?” tanyaku memelas.
“Iya. Sayang. Kamu berdo’a saja semoga ada orang yang
ginjalnya cocok mau mendonorkanya untukmu”. Jawab ibuku seraya mengelus
rambutku.
Sudah hampir setahun ini, dalam seminggu aku harus dua kali
ke rumah sakit. Bosan,sudah pasti. Namun, ibu selalu mengajariku untuk melawan
penyakit konyol ini, karena setiap Allah menciptakan penyakit pasti Dia juga
menciptakan obatnya juga. Ya Allah, semoga ada orang yang berbaik hati
mendonorkan ginjalnya, karena ginjal ibuku tidak cocok dengan ginjalku.
Sedangkan ayahku telah meninggal 2 tahun lalu. Jadi hanya Pertolongan-Mu yang
selalu kuharapkan . ya Allah,itulah do’aku.
“Assalamualaikum…” lamunanku terpecah oleh suara yang
berasal dari pintu depan. Ya, suara sahabatku sejak TK sampai SMA sekarang ini. Robi namanya.
“Walaikumsalam… lo ngagetin gue aja. Berangkat sekarang?’’
jawabku
“Lo sih nglamun aja, iya. Ayo berangkat sekarang.”
“Bu berangkat dulu ya !” teriakku.
“Tante kita berangkat sekolah dulu ya! Assalamualaikum”
teriak Robi.
“Walaikumsalam. Hati-hati ya!” jawab ibu seraya seraya
keluar dari ruang tengah. Setelah bersalaman dengan ibu kami berngakat ke
sekolah.
Setelah
tiba di sekolah akupun mencurahkan segala yang kurasa kepada Robi,karena Robi
sahabat baikku aku sangat percaya padanya. Tapi ketika aku terpuruk seperti
sekarang ini dia masih saja bisa bercanda.
“Gini aja Na, daripada cuci darah di rumah sakit mending di
cuci aja sendiri di rumah, kan lebih hemat. Hahaha” kelakarnya dengan wajah
inosen.
“Lo kok jahat banget sih Rob sama gue, serius nih gue!”
jawabku jengkel.
“Na, manusia hidup itu ada ujianny, kalo lo lulus ujian ini
loe petik buahnya sendiri, lo makan
sendiri , buah itu manis pahitnya tergantung lo sendiri.
Aku terpaku mendengar kata-kata Robi, dibalik sikap konyolnya ternyata dia
bias bersikap dewasa juga.
“ Lo jangan kaget gue bias ngomong kayak gini soalnya gue
petik dari mbah google” kelakar Robi lagi.
“ah lo…oh ya, gue besok kan ulang tahun gue tapi besok gue
harus ke rumah sakit dulu buat cuci darah, lo ke rumah gue jam 8 ya, ada pesta
kecil-kecilan gitu” kataku.
“Sorry Na, kayaknya besok aku gak bisa. Gue harus pergi.!”
Belum sempat aku bertanya dia akan kemana dia telah berlari meninggalkanku. Tak
apalah yang penting aku mendapat kado darinya. Hahaha
Hari
ini aku pulang sendirian, karena hari ini Sabtu jadi Robi harus latihan
Band.Keesokan harinya jam 10 aku berangkat ke rumah sakit. Dan betapa
terkejutnya aku, ternyata dokter memberitahuku ada orang yang bersedia
mendonorkan satu ginjalnya yang cocok
padaku.
“Bahkan dia mendonorkan kedua-duanya untuk adik” Kata
dokter.
“loh, terus orang itu gimana, dok? Tanyaku kaget.
“Orang itu telah meninggal tadi pagi dan sebelum meninggal
ia berpesan ia ingin mendonorkan ginjalnya pada adik” jelas dokter.
“Boleh saya melihat orangnya,Dok? Pinta ibuku.
“Maaf bu, dia sudah dibawa keluarganya jam 10 tadi. Adik
sebaiknya segera dioperasi. Kira-kira kapan adik siap?”. Tanya dokter.
“Dok kenapa orang itu meninggal?” tanyaku makin penasaran
dan tidak menghiraukan pertanyaan dokter.
“jantung lemah, jadi bagaimana operasinya?”. Ulang si
dokter.
“sekarang bisa dokter?” Tanya ibu.
“ Oh bisa bu, sebentar kami akan siapkan peralatannya” kata
dokter sambil pergi. Aku dan Ibu hanya mengangguk dan kemudian diam dengan
pikiran masing-masing.
Setengah jam kemudian aku dibawa keruang operasi lengkap
dengan kostum rumah sakit. Hatiku bergetar.”Ya Allah, di ulang tahunku ke 17
ini semoga operasi ini berhasil. Amin..!” Sekitar 8 jam operasiku berjalan dan
Alhamdulillah operasiku berhasil. Aku sadar 1 jam kemudian karena terpengaruh
bius, ketika aku sadar dokter menyerahkan amplop yang berisikan suratyang kata
dokter itu dari si pendonor itu. Isinya:
Untuk Nania
Selamat ulang tahun! Di umur 17 ini aku ingin kamu bisa
belajar akan hikmah akan hidup ini. Ginjalku ini sebagai hadiah terakhirku
untukmu. Semoga bermanfaat. Jangan sedih ketika kamu tahu siapa aku, Karen a
air matamu akan memberatkan aku di alam akhiratku.”Aku saying kamu,sahabatmu”
Robi
Air mata ini tak kuasa untuk terbendung, mengalir dengan
derasnya. Robi, kenapa kamu tidak cerita kepadakutentang penderitaanmu? Apa aku
ini? Kau bilang aku ini sahabatmu. Entah, apa yang harus aku lakukan untuk
menumpahkan penyesalanku. Aku harus sedih atau bahagia. Dalam pelukan ibuku aku
menangis tersedu-sedu.
0 komentar:
Posting Komentar