Selasa, 21 Oktober 2014

Posted by Unknown on 21.34 in | No comments


Matahari kini mulai memerah mewarnai birunya langit pagi, seolah-olah ia tahu kegundahan hatiku. Masih saja aku hanya mampu membuka mataku, menutupnya, membukanya perlahan hingga ku paksakan diriku untuk berdiri. Dan akhirnya aku menguatkan diriku untuk keluar kamar.
“Bu, besok Nania harus ke rumah sakit ya?” tanyaku memelas.
“Iya. Sayang. Kamu berdo’a saja semoga ada orang yang ginjalnya cocok mau mendonorkanya untukmu”. Jawab ibuku seraya mengelus rambutku.
Sudah hampir setahun ini, dalam seminggu aku harus dua kali ke rumah sakit. Bosan,sudah pasti. Namun, ibu selalu mengajariku untuk melawan penyakit konyol ini, karena setiap Allah menciptakan penyakit pasti Dia juga menciptakan obatnya juga. Ya Allah, semoga ada orang yang berbaik hati mendonorkan ginjalnya, karena ginjal ibuku tidak cocok dengan ginjalku. Sedangkan ayahku telah meninggal 2 tahun lalu. Jadi hanya Pertolongan-Mu yang selalu kuharapkan . ya Allah,itulah do’aku.
“Assalamualaikum…” lamunanku terpecah oleh suara yang berasal dari pintu depan. Ya, suara sahabatku sejak TK sampai  SMA sekarang ini. Robi namanya.
“Walaikumsalam… lo ngagetin gue aja. Berangkat sekarang?’’ jawabku
“Lo sih nglamun aja, iya. Ayo berangkat sekarang.”
“Bu berangkat dulu ya !” teriakku.
“Tante kita berangkat sekolah dulu ya! Assalamualaikum” teriak Robi.
“Walaikumsalam. Hati-hati ya!” jawab ibu seraya seraya keluar dari ruang tengah. Setelah bersalaman dengan ibu kami berngakat ke sekolah.
                Setelah tiba di sekolah akupun mencurahkan segala yang kurasa kepada Robi,karena Robi sahabat baikku aku sangat percaya padanya. Tapi ketika aku terpuruk seperti sekarang ini dia masih saja bisa bercanda.
“Gini aja Na, daripada cuci darah di rumah sakit mending di cuci aja sendiri di rumah, kan lebih hemat. Hahaha” kelakarnya dengan wajah inosen.
“Lo kok jahat banget sih Rob sama gue, serius nih gue!” jawabku jengkel.
“Na, manusia hidup itu ada ujianny, kalo lo lulus ujian ini loe  petik buahnya sendiri, lo makan sendiri , buah itu manis pahitnya tergantung lo sendiri.
Aku terpaku mendengar kata-kata  Robi, dibalik sikap konyolnya ternyata dia bias bersikap dewasa juga.
“ Lo jangan kaget gue bias ngomong kayak gini soalnya gue petik dari mbah google” kelakar Robi lagi.
“ah lo…oh ya, gue besok kan ulang tahun gue tapi besok gue harus ke rumah sakit dulu buat cuci darah, lo ke rumah gue jam 8 ya, ada pesta kecil-kecilan gitu” kataku.
“Sorry Na, kayaknya besok aku gak bisa. Gue harus pergi.!” Belum sempat aku bertanya dia akan kemana dia telah berlari meninggalkanku. Tak apalah yang penting aku mendapat kado darinya. Hahaha
                Hari ini aku pulang sendirian, karena hari ini Sabtu jadi Robi harus latihan Band.Keesokan harinya jam 10 aku berangkat ke rumah sakit. Dan betapa terkejutnya aku, ternyata dokter memberitahuku ada orang yang bersedia mendonorkan satu  ginjalnya yang cocok padaku.
“Bahkan dia mendonorkan kedua-duanya untuk adik” Kata dokter.
“loh, terus orang itu gimana, dok? Tanyaku kaget.
“Orang itu telah meninggal tadi pagi dan sebelum meninggal ia berpesan ia ingin mendonorkan ginjalnya pada adik” jelas dokter.
“Boleh saya melihat orangnya,Dok? Pinta ibuku.
“Maaf bu, dia sudah dibawa keluarganya jam 10 tadi. Adik sebaiknya segera dioperasi. Kira-kira kapan adik siap?”. Tanya dokter.
“Dok kenapa orang itu meninggal?” tanyaku makin penasaran dan tidak menghiraukan pertanyaan dokter.
“jantung lemah, jadi bagaimana operasinya?”. Ulang si dokter.
“sekarang bisa dokter?” Tanya ibu.
“ Oh bisa bu, sebentar kami akan siapkan peralatannya” kata dokter sambil pergi. Aku dan Ibu hanya mengangguk dan kemudian diam dengan pikiran masing-masing.
Setengah jam kemudian aku dibawa keruang operasi lengkap dengan kostum rumah sakit. Hatiku bergetar.”Ya Allah, di ulang tahunku ke 17 ini semoga operasi ini berhasil. Amin..!” Sekitar 8 jam operasiku berjalan dan Alhamdulillah operasiku berhasil. Aku sadar 1 jam kemudian karena terpengaruh bius, ketika aku sadar dokter menyerahkan amplop yang berisikan suratyang kata dokter itu dari si pendonor itu. Isinya:
Untuk Nania
Selamat ulang tahun! Di umur 17 ini aku ingin kamu bisa belajar akan hikmah akan hidup ini. Ginjalku ini sebagai hadiah terakhirku untukmu. Semoga bermanfaat. Jangan sedih ketika kamu tahu siapa aku, Karen a air matamu akan memberatkan aku di alam akhiratku.”Aku saying kamu,sahabatmu”
                                                                                                                                                Robi
Air mata ini tak kuasa untuk terbendung, mengalir dengan derasnya. Robi, kenapa kamu tidak cerita kepadakutentang penderitaanmu? Apa aku ini? Kau bilang aku ini sahabatmu. Entah, apa yang harus aku lakukan untuk menumpahkan penyesalanku. Aku harus sedih atau bahagia. Dalam pelukan ibuku aku menangis tersedu-sedu.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Search Our Site

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter