Kamis, 30 Oktober 2014

Posted by Unknown on 18.20 in | No comments


Keputusan Kelam
            Senja dipematang sawah itu terlihat tersenyum melihat kesedihan lanaia, di gundukan tanah  itu air matanya masih bercucuran mengingat kisah-kisah yang mungkin takkan ia mampu melupakanya. Kisah-kisah bersama ayah bunda yang kini telah jauh meninggalkan kenangan lanaia.
            Masih samar ia mengingat wajah sang bunda yang begitu ia sayangi, kecelakaan kemarin itu membuatnya merasa ialah yang menjadi korban kebengisan jalan raya. Andaisaja ia bisa memutar waktu pastinya ia memilih mati bersama orang tuanya. Fikiranya hanya menyesali takdir yang menurutnya itu tak begitu adil baginya. Mati dan mati hanya itu yang menjadi obsesi yang tak terkendali. Mungkin saja syaitan telah masuk kedalam jiwanya dan mengalir dalam darahnya, namun mungkin pula fikiranya yang telah tumpul. Di tanah pekuburan itu masih dipandanginya adik yang dikasihinya yaitu Iwan. Andaikan ia berdiri sendiri di gundukan itu pastinya akan digali olehnya mayat orang tuanya, namun semua urung dilakukanya karena Iwan entah karena malu atau apalah.  Sang adik hanya diam tak bersuara, bukan karena tak mengerti apa yang sedang terjadi namun karena ia sangat mengerti dan juga merasakan betapa remuknya hati sang kakak. Tentunya lanaia tak lupa pada kehadiran adiknya, hingga ia tata rongga dada seakan menyesak ruang hatinya dan mulai ia usap matanya .
            Dan mulailah Lanaia membuka fikiranya dalam-dalam dan menatap wajah adiknya lekat-lekat. Hanya sunyi yang terdengar di bawah pohon pekuburan itu, tanah merah itu seakan mengerti apa yang dirasakan kedua anak itu. Keduanya kini diam dan saling berhadapan, entah ada ikatan batin atau kesatuan perasaan ,keduanya langsung beranjak berdiri dari gundukan tanah itu. Dan pergi tanpa menoleh ke pemakamsn itu lagi, mereka membawa segala cerita dan kenangan mereka itu dengan perasaan kalut, menyusuri sungai kecil hingga sampai pada sungai besar di tengah kota. Mereka terus berjalan dan berjalan mengikuti aliran air sungai, berharap hidup mereka selancar aliran air sungai tersebut. Entah fikiran apa yang ada di kepala Lanaia dan Iwan, secara bersamaan mereka terjun kedalam derasnya aliran sungai tadi. Hingga kini mereka tak terlihat lagi. Mungkin mereka menyusul kedua orangtuanya atau malah membuat kisah yang baru di kehidupan mereka.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Search Our Site

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter